Menganalogikan perkembangan hidup manusia, usia Facebook dan Twitter saat ini baru menapaki usia kanak-kanak dan balita, yaitu tujuh dan lima tahun, namun jejaring social media tersebut tumbuh besar demikian fantastisnya. Tidak saja diminati di kalangan generasi millennials, namun juga sampai dengan sebagian generasi baby-boomers. Menyikapi fenomena pasar ini, para penyedia perangkat smartphone dan operator jaringan seluler pun berlomba memberi nilai tambah produknya dengan menawarkan berbagai macam fitur konektivitas ke berbagai penyedia jejaring social media.
Menurut data statistik, jumlah pengguna aktif Facebook di dunia terbesar saat ini adalah di Amerika Serikat, yaitu 150 juta users dan diperkirakan terus meningkat, bahkan Indonesia pun menempati posisi kedua setelah Amerika Serikat, yaitu 38 juta users. Bahkan Facebook sebagai penyedia jejaring social media terbesar di dunia saat ini berani memposisikan diri sebagai pemain global layanan “social e-commerce” di tahun-tahun mendatang. Melalui social e-commerce perusahaan tidak hanya bisa mempromosikan iklan barang atau jasa saja, produsen dan calon konsumen dengan mudah melakukan transaksi bisnis melalui media elektronik atau internet. Juga bukan hanya sebagai search engine yang mempermudah calon pembeli menemukan suatu iklan produk. Tetapi bisa sekaligus melakukan fungsi keduanya, bahkan mungkin lebih dari itu. Bagaimana implikasinya terhadap perubahan strategi korporasi?
Dalam suatu implementasi program strategi pemasaran, pemanfaatan jejaring social media seperti mis: Facebook dan YouTube oleh suatu perusahaan bukan barang baru. Selain melakukan promosi produk dan perusahaannya di situs-situs social media, perusahaan-perusahaan yang meng-adop teknologi social media mulai memanfaatkannya juga sebagai media yang cukup efektif dan efisien untuk melakukan riset pasar, mendapatkan feedback dari customer sebagaimana dalam fungsi customer service, serta melakukan test pasar untuk pengembangan produk baru.
Selain social media eksternal, perusahaan-perusahaan teknologi kelas global seperti misalnya: Cisco dan EMC yang beroperasi di seluruh dunia juga mengembangkan platform teknologi social media secara internal. Manfaat langsung yang diperoleh dari penerapan social media internal ini adalah optimalisasi unsur-unsur value chain korporasi.
Contohnya, perusahaan raksasa teknologi informasi EMC yang memiliki total 40,000 karyawan globalnya menggunakan test platform EMC/ONE untuk menghubungkan berbagai macam keahlian untuk mengerjakan proyek-proyeknya sehingga mampu mengurangi biaya mempekerjakan kontraktor eksternal. Di tahun 2010, Cisco meluncurkan platform social business-nya Integrated Workforce Experience (IWE) untuk memfasilitasi kolaborasi internal dan eksternal dan pengambilan keputusan secara desentralisasi dengan fitur yang menyerupai “wall updates” pada situs Facebook.
Menyikapi fenomena tersebut, para pucuk pimpinan perusahaan perlu mengkaji ulang strategi jangka panjang penerapan social media baik eksternal maupun internal mengingat social media semacam Facebook dan Twitter baru berumur tujuh dan lima tahun saja. Secara umum produk-produk teknologi informasi dan komunikasi dewasa ini memiliki siklus hidup yang relatif cepat dan memungkinkannya untuk ber-evolusi, sebagaimana social media ber-evolusi menjadi semacam social e-commerce, dst. Di lain pihak, platform teknologi social media internal pun juga ikut berkembang dan ber-evolusi, sehingga perusahaan dengan skala lebih kecil yang dahulunya hanya melakukan pendekatan eksperimental, secara bertahap perlu men-transformasi-kan strategi social media–nya. Tantangannya pun selalu ada, yaitu perlunya iklim perubahan dalam perusahaan, seperti misalnya: incentive systems, business process, resource management danleadership style. Siapkah perusahaan Anda menghadapi dinamika strategi social media ini?
(Dimuat dalam Majalah Fortune Indonesia, Vol.24, Nopember 2011)
Menurut data statistik, jumlah pengguna aktif Facebook di dunia terbesar saat ini adalah di Amerika Serikat, yaitu 150 juta users dan diperkirakan terus meningkat, bahkan Indonesia pun menempati posisi kedua setelah Amerika Serikat, yaitu 38 juta users. Bahkan Facebook sebagai penyedia jejaring social media terbesar di dunia saat ini berani memposisikan diri sebagai pemain global layanan “social e-commerce” di tahun-tahun mendatang. Melalui social e-commerce perusahaan tidak hanya bisa mempromosikan iklan barang atau jasa saja, produsen dan calon konsumen dengan mudah melakukan transaksi bisnis melalui media elektronik atau internet. Juga bukan hanya sebagai search engine yang mempermudah calon pembeli menemukan suatu iklan produk. Tetapi bisa sekaligus melakukan fungsi keduanya, bahkan mungkin lebih dari itu. Bagaimana implikasinya terhadap perubahan strategi korporasi?
Dalam suatu implementasi program strategi pemasaran, pemanfaatan jejaring social media seperti mis: Facebook dan YouTube oleh suatu perusahaan bukan barang baru. Selain melakukan promosi produk dan perusahaannya di situs-situs social media, perusahaan-perusahaan yang meng-adop teknologi social media mulai memanfaatkannya juga sebagai media yang cukup efektif dan efisien untuk melakukan riset pasar, mendapatkan feedback dari customer sebagaimana dalam fungsi customer service, serta melakukan test pasar untuk pengembangan produk baru.
Selain social media eksternal, perusahaan-perusahaan teknologi kelas global seperti misalnya: Cisco dan EMC yang beroperasi di seluruh dunia juga mengembangkan platform teknologi social media secara internal. Manfaat langsung yang diperoleh dari penerapan social media internal ini adalah optimalisasi unsur-unsur value chain korporasi.
Contohnya, perusahaan raksasa teknologi informasi EMC yang memiliki total 40,000 karyawan globalnya menggunakan test platform EMC/ONE untuk menghubungkan berbagai macam keahlian untuk mengerjakan proyek-proyeknya sehingga mampu mengurangi biaya mempekerjakan kontraktor eksternal. Di tahun 2010, Cisco meluncurkan platform social business-nya Integrated Workforce Experience (IWE) untuk memfasilitasi kolaborasi internal dan eksternal dan pengambilan keputusan secara desentralisasi dengan fitur yang menyerupai “wall updates” pada situs Facebook.
Menyikapi fenomena tersebut, para pucuk pimpinan perusahaan perlu mengkaji ulang strategi jangka panjang penerapan social media baik eksternal maupun internal mengingat social media semacam Facebook dan Twitter baru berumur tujuh dan lima tahun saja. Secara umum produk-produk teknologi informasi dan komunikasi dewasa ini memiliki siklus hidup yang relatif cepat dan memungkinkannya untuk ber-evolusi, sebagaimana social media ber-evolusi menjadi semacam social e-commerce, dst. Di lain pihak, platform teknologi social media internal pun juga ikut berkembang dan ber-evolusi, sehingga perusahaan dengan skala lebih kecil yang dahulunya hanya melakukan pendekatan eksperimental, secara bertahap perlu men-transformasi-kan strategi social media–nya. Tantangannya pun selalu ada, yaitu perlunya iklim perubahan dalam perusahaan, seperti misalnya: incentive systems, business process, resource management danleadership style. Siapkah perusahaan Anda menghadapi dinamika strategi social media ini?
(Dimuat dalam Majalah Fortune Indonesia, Vol.24, Nopember 2011)