Saturday, July 14, 2012

Menunggangi atau Menciptakan Gelombang?

Apalah artinya sebuah lambaian? Dengan sebuah lambaian saja, seseorang mampu menghentikan secara mendadak sebuah bus kota ataupun taksi yang tengah berpacu dalam kompetisi rimba bisnis jalan raya. Di era digitalisasi ini, dimana hampir setiap orang membawa sebuah atau lebih dari satu gadget di tangannya, lambaian pun bisa memberikan nilai tambah bagi para pebisnis yang bertarung di kancah kompetisi kualitas layanan. Bagaimanakah hal ini mungkin terjadi?

Beberapa bulan terakhir ini masyarakat telah banyak mendengar baik dari surat kabar, televisi maupun on-line media, pemberitaan maraknya aksi kejahatan yang menyasar pada beberapa gerai minimarket, baik di Jakarta maupun di daerah. Maraknya aksi kejahatan ini justru seiring dengan meningkatnya pembukaaan ritel minimarket-minimarket baru yang beroperasi 24 jam yang kini mulai menjadi bagian dari lifestyle kehidupan kota-kota besar, menunjukkan terjadinya perubahan perilaku atau pola belanja masyarakatnya. Modus kejahatan yang biasanya menjadi sasaran utama adalah uang tunai yang dikuras dari brankas kasir dengan total kerugian materi sekitar Rp 390 juta dari 19 kasus perampokan sejumlah minimarket di Jakarta dan sekitarnya. Menurut penelitian yang dilakukan oleh tim litbang Kompas, aktivitas jual-beli di minimarket memang semakin ramai seiring dengan datangnya malam. Sebanyak dua dari tiga responden (67,4 persen) biasa berbelanja ke minimarket pada sore hari atau pukul 16.00 – 00.00 terutama di lokasi wilayah pemukiman yang aktivitas warganya relatif dinamis, misalnya kompleks bisnis, mall dan apartemen.

Biasanya gerai ritel moderen 24 jam diperlengkapi dengan sistem pengamanan, dengan kamera CCTV plus penjagaan petugas, namun demikian masih banyak gerai-gerai yang belum memenuhi persyaratan keamanan yang memadai dengan alasan pertimbangan membengkaknya biaya operasional yang harus dikeluarkan demi meningkatkan customer experience dalam hal kenyamanan dan keamanan berbelanja. Bahkan di beberapa gerai ritel moderen, tidak sedikit dijumpai mesin in-store ATM yang selain digunakan oleh pembeli untuk mengambil uang tunai, juga untuk melakukan transaksi keuangan non-tunai lainnya dengan waktu beroperasi 24 jam. Hal ini bisa berpotensi menjadi sasaran kejahatan selanjutnya.

Di akhir sebuah presentasi seminar yang dibawakan seorang CEO BUMN telekomunikasi, ada perkataan yang menginspirasi kami: Are you riding the wave or are you creating the wave? Kata wave dalam bahasa Inggris bisa berarti gelombang ataupun lambaian. Lambaian seseorang yang sedang menggenggam sebuah smartphone mungkin bisa dijadikan solusi alternatif bagi peningkatan keamanan dan kenyamanan berbelanja, tidak hanya bagi si pembeli saja namun juga bagi si penjual. Pembeli cukup melambaikan smartphone-nya di depan alat baca elektronik untuk membeli belanjaan yang diinginkannya. Transaksi pembayaran pun terjadi setelah pembeli memasukkan sandi keamanan tertentu ke dalam alat bayar yang disediakan oleh pemilik gerai minimarket sebagaimana penggunaan kartu debet. Sangat praktis bagi pembeli dan penjual pun tak perlu menyimpan uang tunai kembalian terlalu banyak ataupun dipusingkan dengan hal-hal yang terkait pengelolaan cash management.

Transaksi pembayaran sistem elektronik non-tunai dengan sistem melambai tersebut dapat dilakukan menggunakan gadget yang sudah dilengkapi dengan teknologi NFC (Near Feld Communication). Teknologi ini sendiri merupakan pengembangan teknologi berbasis RFID yang memampukan gadget dapat berkomunikasi dengan reader alat pembayaran elektronik si pemilik gerai. Beberapa perusahan raksasa pengembang gadget seperti misalnya: Nokia, Motorola, Apple dan Google pun berlomba-lomba mengembangkan teknologi ini di dalam perangkatnya untuk meningkatkan customer value bagi pemasaran produknya. Tidak hanya mereka saja, perusahaan jasa keuangan dan carriers seperti misalnya Visa, Mastercard, JPMorgan Chase, Verizon, AT&T, T-Mobile, NTT DOCOMO pun turut berkolaborasi dengan para pengembang smartphone dalam mendorong transaksi pembayaran berteknologi NFC ini. Menurut Forrester Research, dikatakan bahwa industri perbankan ritel di Amerika saat ini mengalokasikan sepertiga investasi anggaran digital-nya di bidang transaksi berbasis mobile. Suatu jumlah anggaran yang tidak kecil. Di masa mendatang banyak peluang pemanfaatan teknologi NFC tercipta sebagai alternatif pembayaran non-tunai untuk kepentingan publik dan industri kreatif mobile commerce, seperti misalnya: pembelian tiket kereta api, busway, bayar parkir, nonton bioskop, hingga ngopi, dst sampai dengan transaksi di sektor UKM dan microfinance. Peran dompet sebagai penyimpan uang tunai dan uang plastik pun perlahan bergeser seiring perkembangan teknologi dompet digital ini. Sehingga dompet akan berfungsi sebagai tempat penyimpanan kartu identitas KTP/SIM dan gadget. Momentum peluang pun akan tiba seiring dengan berlalunya waktu. Will you be ready in riding or creating the wave? 

(Dimuat dalam Majalah Fortune Indonesia Vol.41, Juli 2012)